Bandar udara internasional yang mendukung mobilitas warga kota Medan dan menunjang perkembangan usaha adalah Bandar Udara Kualanamu. Kualanamu terletak 26 km ke arah timur dari pusat Kota Medan. Bandara ini bisa dicapai dalam 45 menit dengan mengendarai mobil dan 30 menit dengan kereta api dari pusat Kota Medan. Bandara Kualanamu merupakan bandara terbesar ketiga di Indonesia setelah Soekarno-Hatta di Tangerang dan Kertajati di Majalengka. Namun bandara ini merupakan bandara pertama di Indonesia yang dilengkapi jalur khusus kereta api dari pusat kota Medan, selain bisa diakses melalui jalan raya non-tol dan tol
Meski terletak di wilayah Kabupaten Deli Serdang yang bersebelahan dengan Kota Medan, bandara seluas 1365 Hektar ini sangat mendukung potensi ekonomi Kota Medan terkait dengan mobilitas warga dan pengunjung, termasuk lalu lintas barang. Pembangunan tahap I bandara dapat menampung 8,1 juta penumpang dan 10.000 pergerakan pesawat per tahun. Setelah tahap II, bandara ini direncanakan menampung 25 juta penumpang per tahun. Luas terminal penumpang yang dibangun sekitar 6,5 hektar dengan fasilitas area komersial seluas 3,5 hektare & fasilitas kargo seluas 1,3 hektare.
Bandara Internasional Kualanamu memiliki panjang landas pacu 3,75 kilometer cocok untuk didarati pesawat sebesar Boeing 777 selain Airbus A380, Antonov An-225, dan Boeing 747-8. Selain itu bandara ini dilengkapi 8 garbarata (avio bridge) yang menghubungkan langsung penumpang dari area keberangkatan di dalam terminal menuju kabin pesawat. Di area bandara juga terdapat 80 konter check-in yang telah dilengkapi teknologi Baggage Handling System (BHS), ini merupakan teknologi penanganan bagasi otomatis. Selain memiliki tingkat pendeteksi keamanan tertinggi (Level 5), teknologi ini memungkinkan penumpang untuk melakukan pendaftaran bagasi di konter mana pun tanpa takut barangnya tertukar jadwal penerbangan.
Terminal Peti Kemas (TPK) Belawan berada di ujung utara Kota Medan dengan waktu tempuh 1 jam dari pusat kota. TPK Belawan terdiri dari dua terminal yaitu Terminal A untuk pelayanan internasional (panjang dermaga 550 meter) dan Terminal B untuk pelayanan domestik (panjang dermaga 400 meter).
Fasilitas yang tersedia berupa 10 unit container crane, 25 unit rubber tyred gantry crane (RTG), 40 unit terminal tractor, 3 unit reach stacker, 3 unit side loader, skylift truck dan dua forklift Diesel. Kinerja operasional di terminal internasional mencapai 53,62 B/S/H (Box/Ship/Hour) dan di terminal domestik 47,03 B/S/H.
TPK Belawan menerapkan layanan 24 jam untuk menjaga kelancaran logistik dan operasional. Dalam satu waktu, pelayanan dapat dilakukan untuk 4-5 kapal. Pada triwulan III tahun 2020, terminal ini bisa melayani 663 kunjungan kapal. 384 kunjungan kapal ada di terminal internasional dan 279 di terminal domestik. Bongkar muat peti kemas sebanyak 667.622 box dengan rincian, bongkar muat di terminal internasional sebanyak 326.129 box dan terminal domestik 341.493 box. Produktivitas di kedua terminal berada di atas standar kinerja bongkar muat peti kemas yang ditetapkan Kementerian Perhubungan sebesar 32 B/S/H.
Untuk memenuhi kebutuhan customer, Pelabuhan Belawan melalui Terminal Petikemas Belawan Fase 2 yang memiliki panjang dermaga 350 meter dilengkapi dengan peralatan bongkar muat modern seperti 4 unit Ship to Shore (STS) Crane, 12 unit Automatic Rubber Tyred Gantry (ARTG), dan 20 Terminal Tractor dengan container yard seluas 350 x 306 meter untuk mendukung aktivitas bongkar muat peti kemas yang menerapkan pola operasi dan teknologi yang berstandar internasional.
Kereta Api (KA) Bandara Kualanamu merupakan KA Bandara pertama di Indonesia. Mulai beroperasi sejak 25 Juli 2013. Kehadirannya memberikan kenyamanan dan efektivitas perjalanan menuju bandara. Untuk memberikan layanan yang optimal bagi penumpang, PT Railink, penyedia jasa layanan ini telah menyiapkan empat rangkaian Kereta Api Eksklusif untuk Medan. Kereta api empat gerbong ini diproduksi oleh perusahaan asal Korea Selatan Woojin Industries dengan jumlah kursi 172 kursi. Kapasitas penumpang yang dibawa sebanyak 42 perjalanan/hari mencapai 6.880 penumpang. Jarak tempuh dari stasiun kereta di pusat kota Medan menuju Bandara Kualanamu sejauh 27,9 km yang bisa ditempuh selama 30-45 menit.
STASIUN MEDAN
Stasiun yang berdiri di atas area seluas 70.004 m2 ini telah menjelma menjadi City Train Station KA Bandara. Kesan modern terasa di stasiun yang menjadi salah satu landmark kota Medan.
Fasilitas:
- Vending machine, mesin check-in mandiri, papan informasi jadwal kedatangan dan keberangkatan kereta, serta free wi-fi
- Waiting lounge, gerai makanan, gerai ATM, minimarket, toilet, musholla, klinik, ruang menyusui (nursery)
- Hotel transit penunjang bisnis
STASIUN KUALANAMU
Stasiun KA Bandara Kualanamu berdiri dengan megah di area terdepan bangunan Bandara Internasional Kuala Namu dengan luas keseluruhan sekitar 10.000 m2. Stasiun KA Bandara terhubung dengan bangunan inti bandara oleh 2 buah travelator di lantai 2 yang akan memudahkan akses para penumpang.
Bangunan Stasiun KA Bandara Kualanamu sendiri terdiri dari 2 lantai dimana lantai 1 untuk kedatangan dan keberangkatan menuju Stasiun KA Bandara Medan, sedangkan lantai 2 merupakan akses menuju area check-in bandara.
Fasilitas:
- 1. Vending machine, mesin check-in mandiri, papan informasi jadwal kedatangan dan keberangkatan kereta, dan free wi-fi
- 2. Waiting lounge, gerai makanan, gerai ATM, minimarket, toilet, musholla, klinik, ruang menyusui (nursery)
Sumber: KAI Bandara (railink.co.id)
Kawasan Industri Medan (KIM) didirikan pada tanggal 7 Oktober 1988 dengan komposisi saham terdiri dari Pemerintah RI (pusat) 60%, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara 30%, dan Pemerintah Kota Medan 10%. Kawasan ini didirikan untuk mendukung investasi baik oleh investor lokal maupun asing di Kota Medan.
Sejak didirikan, seiring dengan tingginya minat investor menanamkan investasinya di Sumatera Utara, Kawasan Industri Medan yang dikelola oleh PT. Kawasan Industri Medan terus melakukan pengembangan lahan. Hingga saat ini luar areal KIM 780 ha dan akan terus dikembangkan dengan usaha sendiri maupun bekerjasama dengan pihak-pihak swasta yang berpengalaman dan profesional dalam pembangunan kawasan industri.
Areal Kawasan Industri Medan (Tahap I), dengan luas + 200 Ha, terletak di sebelah barat jalan tol, dan areal di sebelah timur jalan tol disebut dengan Kawasan Industri Medan (Tahap II) dengan luas + 325 Ha.
Tata ruang tahap II sangat terencana dan asri, dengan jalan utama keluar dan masuk terbuat dari beton seluas 2 x 17,5 meter, dan jalan sekunder selebar 12 meter. Pada kiri dan kanan jalan terdapat pipa air bersih, air limbah, hydran, pipa gas, kabel listrik dan telepon, dengan konstruksi di bawah tanah.
Ada lebih dari 600 perusahaan yang tergabung di Kawasan Industri Medan, mulai dari industri skala UKM, menengah hingga Industri-industri Multinasional dan Internasional. 303 perusahaan merupakan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan 32 perusahaan merupakan Penanaman Modal Asing (PMA) dengan jumlah tenaga kerja mencapai 35.000 orang.
Terdapat berbagai hasil industri yang diproduksi dengan mengandalkan potensi dan sumber daya alam yang terdapat di Sumatera Utara antara lain: Industri Kelapa Sawit (CPO) dan turunannya, karet, coklat, kopi, teh dan hasil-hasil pertanian dari dataran tinggi Sumatera Utara berupa sayur mayur dan buah-buahan.
Industri hasil laut, cold storage, pengalengan ikan, makanan dan minuman (permen, biskuit, dll), industri hasil hutan, furniture, rotan, meubel, industri bangunan (baja, seng, paku, dll), industri keramik, industri plastik, industri sarung tangan, industri percetakan, industri es, industri pakan ternak, dan industri pupuk.
Kawasan Industri Medan menjadi salah satu fasilitas pendukung penting bagi kemajuan investasi di Kota Medan sesuai dengan visinya sebagai pilar ekonomi yang mampu menjadi solusi untuk semua kebutuhan industri.
Saat ini PLN sedang melakukan transformasi ke Energi Baru Terbarukan (EBT). Salah satu fokus transformasi adalah Green Energy dimana PLN meningkatkan kapasitas pembangkitan EBT untuk mencapai pengadaan listrik yang lebih ramah lingkungan.
Secara bertahap, PLTD (Diesel) dikonversikan ke pembangkit EBT seperti PLTP (Panas bumi), PLTA (Air), PLTS (Surya), PLTB (Biomassa), dan lainnya. Target PLN dalam rangka Transisi Menuju Net Zero Emissions adalah mencapai bauran energi dari EBT sebesar 23% pada tahun 2025. Awal tahun 2022, porsi pengembangan EBT telah mencapai sebesar 51,6 persen sesuai RUPTL 2021 – 2030 (PLN, 2022).
Proses pengadaan pembangkit EBT pada saat yang sama menjadi peluang investasi. Potensi energi hidro dan geothermal yang ada di Indonesia sangat besar untuk dieksplorasi. PLN juga telah membentuk organisasi baru yaitu PLN Holding dan Sub Holding untuk mengelola sektor pembangkit listrik menggunakan EBT.
Untuk wilayah Sumatera Utara, PLN telah mengelola 19 pembangkit EBT dengan total daya sebesar 141,83 MW. Pembangkit EBT telah menyumbang 40,06 persen kelistrikan di Sumatera Utara (Waspada, 2022). Hal ini menjadikan PLN UIW Sumatera Utara menjadi pengguna EBT tertinggi di Indonesia (September 2022).
PLN mengklaim bahwa kelistrikan di Sumatera Utara pada Oktober 2022, surplus 50%. Masih terdapat 14 pembangkit EBT yang direncanakan beroperasi di Sumatera Utara dengan total daya sebesar 106.9 MW.
Produksi listrik di Kota Medan sendiri pada tahun 2020 tercatat sebesar 2.701.293 MW dengan jumlah pelanggan sekitar 385.390 (BPS Kota Medan, 2022). Pelanggan PLN di wilayah Medan itu terdiri dari rumah tangga (349.145), bisnis (31.201), industri (819), dan sosial (4.225).